Bandar Lampung - DPP Mata Rakjat Lampoeng (Mataram) mengkritik kinerja Rektor Universitas Lampung (Unila), Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A. IPM., ASEAN.Eng.
Menjelang 1 tahun masa baktinya sebagai rektor, namun belum terlihat hasil program kerja yang nyata.
"Yang terlihat hanyalah program seremonial dengan lembaga Yudikatif dan Eksekutif tanpa tujuan dan hasil yang bisa jadi barometer kinerja Rektor Unila," kata Ketua Presidium Harian Mataram, Fidla Arief S.Sos.
Kemudian, lanjut Fidla Arief lagi, dari beberapa kali pemilihan dekan dan pejabat di lingkup Unila terkesan rektor berada dibawah "tekanan" atau justru "berkolaborasi" dengan kelompok rektor terdahulu.
"Pemilihan Dekan FK Unila dapat kita jadikan analisa bahwa rektor terkesan tersandera atau dibawah tekanan dengan mengangkat Dekan FK Unila, Evi Kurniawaty. Karena Dekan terpilih termasuk nama yang terungkap diduga memberikan uang sebesar Rp 100 Juta yang diakuinya diminta Karomani guna pembangunan Gedung LNC pada kasus suap PMB Jalur Mandiri Unila," tegas Fidla Arief lagi.
Ditambah lagi, lanjut Fidla Arief, pembagian puluhan paket pekerjaan penunjukkan langsung (PL) di lingkup Unila yang diduga atas restu Rektor Unila yang disinyalir sebagai "pengamanan" posisi Prof. Lusi sebagai rektor Unila.
Oleh karena, banyaknya catatan miring atas prestasi Rektor Unila tersebut, DPP Mataram meminta Kementerian Pendidikan, DPR RI, KPK untuk mengevaluasi dan menyelidiki langkah catur yang sedang dimainkan Ibu Rektor yang terhormat.
"Kritik ini kami lakukan karena kami ingin Unila menjadi universitas terbaik di Lampung dengan segala transparansi dan bebas dari unsur tekanan pihak manapun".