Foto: ilustrasi |
Sebagai negara dengan jumlah populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia menjadi negara yang sangat potensial untuk pengembangan pasar syariah. Pasar syariah di Indonesia juga kian cerah ketika pemerintah terus mendorong pengembangan industri keuangan syariah berbasis digital untuk membangun sebuah sistem keuangan yang modern sekaligus tangguh, yang pascapandemi diminati oleh muslim milenial yang punya kecenderungan menerapkan gaya hidup halalan thoyyiban dalam banyak hal.
Dalam Global Islamic Investment Forum (GIIF) 2022,
Presiden Joko Widodo menyatakan sikap optimisnya terhadap pengembangan industri
keuangan syariah di Indonesia. Bahkan ketika pandemi, aset industri keuangan
syariah terus menunjukkan tren peningkatan.
“Saya optimis, industri keuangan syariah sangat cerah
prospeknya. Aset industri keuangan syariah dalam 10 tahun terakhir saja
meningkat hingga lebih dari 300 persen. Dan, angka itu terus bertumbuh setiap
tahunnya,” kata Presiden Joko Widodo.
Indonesia, lanjut Presiden Joko Widodo lagi, punya potensi
yang sangat besar untuk pengembangan industri keuangan syariah bersama dengan
industri halal. Ia bahkan menyebut pangsa pasar industri keuangan berbasis
syariah di Indonesia diproyeksikan hingga USD1,5 triliun pada tahun 2024
mendatang.
“Pengembangan ekonomi syariah di Indonesia bukan hanya
untuk mewujudkan kesejahteraan umat semata tapi kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Dan, memberikan kontribusi untuk mengentaskan kemiskinan, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat serta menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia,” tegas Joko Widodo.
Sektor perbankan syariah bahkan memiliki pertumbuhan
penyaluran pembiayaan diatas rata-rata perbankan nasional. Data kuartal II-2022
lalu menunjukkan jika pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah tembus hingga
14,09 persen (yoy) atau mencapai Rp462,34 triliun ditunjang dengan kemampuan
permodalan yang cukup kuat.
Tak hanya itu saja, dalam hal aset, bank syariah
memiliki pertumbuhan yang jauh lebih besar dibanding industri perbankan
konvensional, yang asetnya tumbuh hingga 14,21 persen (yoy) atau Rp721 triliun.
Sedangkan pada tahun 2023 ini, pembiayaan perbankan
syariah tumbuh hingga 9,31 persen atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
kredit perbankan konvensional yang tahun ini diproyeksikan hanya 8,18 persen.
Demikian pula pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang
menembus angka 11,46 persen atau jauh melampaui DPK perbankan umum yang
diproyeksikan berada di angka 9,6 persen.
Digitalisasi Perbankan Syariah
Selaras dengan semangat pemerintah untuk menumbuhkan
ekonomi syariah di Indonesia dan geliat sektor perbankan syariah yang terus
menunjukkan tren pertumbuhan, baik bank umum syariah maupun unit usaha syariah (UUS)
pun ikut bergairah untuk mengembangkan sistem transaksi berbasis digital yang
sesuai dengan hukum Islam.
Transformasi digital kian menuntut mana kala pandemi
Covid-19 merebak. Pola kebiasaan baru masyarakat yang cenderung meminimalisir
kontak secara langsung (contactless) dan melakukan transaksi secara non tunai (cashless)
membuat perbankan syariah melakukan inovasi dengan mengadopsi teknologi secara
keseluruhan dalam layanan perbankan secara keseluruhan namun tetap berlandaskan
hukum Islam.
Meski demikian, digitalisasi di sektor perbankan
syariah perlu juga dikuatkan dengan membangun persepsi di masyarakat, mengingat
masih ada sebagian masyarakat yang menilai layanan perbankan syariah terkesan
kuno dan tertinggal, terlebih dalam hal pemanfaatan teknologi yang cenderung
lebih lambat dibanding bank konvensional.
Pengamat Ekonomi Syariah IPB University, Irfan Syauqi
Beik pun mengakui hal itu, meski ia melihat adaptasi digital di sektor
perbankan syariah sudah mulai dilakukan, tapi persepsi masyarakat yang menilai teknologi
bank syariah masih jauh tertinggal tetap saja ada.
“Kecenderungan masyarakat yang melihat kondisi perbankan
syariah tak ada perubahan dibanding kondisi perbankan syariah 15 tahun yang
lalu. Padahal, penilaian itu tak sepenuhnya benar. Beberapa bank syariah di
Indonesia bahkan memiliki kemampuan teknologi yang sudah sangat baik, dengan
kata lain, bank syariah yang ada di Indonesia sudah sangat adaptif terhadap
perkembangan zaman,” terangnya.
Kemampuan adaptasi terhadap teknologi ini menjadi sebuah
keharusan bagi perbankan syariah, mengingat peta persaingan saat ini tak hanya
bersaing dengan bank konvensional semata. Di era digital seperti saat ini, perbankan
syariah juga harus menghadapi semaraknya industri fintech yang memiliki daya
jangkau jauh lebih luas di masyarakat, fleksibel dan kompetitif.
Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) Ahmad Buchori pun menilai persaingan perbankan syariah di masa datang
akan sangat kompleks.
“Kunci untuk bersaing itu hanya dengan mendigitalisasi
semua layanan perbankan syariah. Kemampuan digital yang advance yang dibangun
perbankan syariah bisa menjadi jawaban dari anggapan masyarakat yang menilai
unit syariah masih belum modern dibanding bank konvensional,” jelas Ahmad Buchori.
Ketika pandemi, lanjutnya, perbankan syariah mampu
bertahan dan bertumbuh melampaui bank konvensional, maka idealnya sektor
perbankan syariah juga harus siap dengan digitalisasi yang kian masif,”perbankan
syariah harus segera berevolusi dengan konsep beyond banking”.
Apalagi, infrastruktur industri perbankan syariah
sudah amat mapan dalam hal retail banking sehingga sudah sangat mampu membangun
ekosistem digital ketika transformasi dilakukan, sesuai dengan prinsip sukses
digitalisasi perbankan syariah yang meliputi; continual improvement, build
ecosystem, data analytics dan promotion.
Perubahan Gaya Hidup Halal Milenial Dorong Pertumbuhan Pasar Syariah
Pasar syariah juga kian cerah mana kala di kalangan
generasi milenial terbangun persepsi baru (awareness) pasca pandemi untuk menerapkan
gaya hidup halal sebagai bagian tak terpisahkan dari penetrasi pasar yang
terbangun dengan sendirinya yang kemudian membuat pasar syariah bisa lebih
cepat diterima oleh generasi milenial maupun generasi sentenial atau Gen Z.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2022, ada sebanyak
90,27 juta orang adalah Gen Z dan sebanyak 63,15 juta orang adalah generasi
milenial. Potensi generasi produktif ini memiliki kecenderungan minatnya untuk
menerapkan gaya hidup sesuai keyakinannya.
Managing Partner Inventure, Yuswohady melihat adanya
pergeseran muslim milenial pasca pandemi yang mengalami perubahan besar akibat
krisis kesehatan dan ekonomi yang bisa dijadikan peluang untuk menangkap
potensi pasar muslim di masa yang akan datang.
“Kecenderungan generasi untuk semakin dekat dengan
Tuhan kian tinggi. Milenial saat ini more spiritual, more emphatic dan more
digital,” kata Yuswohady saat meluncurkan buku karangannya, 3M: Milennial
Muslim Megashifts Post Pandemic beberapa waktu lalu.
Ia menyebut ada lima elemen utama dalam perubahan
muslim milenial yang meliputi; spiritual, safety-security, screen,
self-expression dan social.
Dalam kaitannya dengan digitalisasi, muslim milenial semakin
dekat dengan Tuhan, sehingga mereka hidup dengan landasan Al-Qur’an dan Hadits.
Dalam kehidupan sehari-hari mereka akan lebih mengedepankan prinsip halalan thoyyiban dalam banyak hal,
mulai dari makanan dan minuman hingga perencanaan keuangan yang lebih melihat
aspek kehalalannya.
Adopsi digital mereka juga menunjukkan tren akselerasi
yang cepat. Mereka akan lebih mengedepankan kepraktisan melalui proses
digitalisasi dalam urusan duniawi maupun ukhrawi yang terintegrasi secara
digital.
“Pergeseran pandangan hidup milenial ini memberikan
pengaruh terhadap lanskap bisnis yang menyesuaikan konsep milenial muslim dalam
hal ini pasar syariah,” jelas Yuswohady.
Salah satu indikatornya adalah tren produk halal dalam
banyak sektor bisnis yang pertumbuhannya amat positif.”Pasar muslim yang tumbuh
signifikan ini yang kami sebut Halal of Things yang bisa menjadi peluang untuk
semua bisnis yang tak terbatas pada produk konsumsi saja tapi juga mencakup
seluruh bidang pasar syariah”.
Demikian halnya dalam pemilihan lembaga keuangan,
muslim milenial akan lebih cenderung untuk memilih sektor perbankan yang lebih
mengedepankan prinsip-prinsip syariah.
Ini pula yang diakui oleh Anggota Dewan Komisioner
Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Tirta Segara yang menyebut pasar
syariah di era transformasi digital mulai dilirik oleh generasi milenial pascapandemi
yang mengubah hampir seluruh aspek kehidupan.
Dengan modal populasi penduduk muslim yang sangat
besar dan generasi milenial yang mendominasi populasi bisa menjadi potential
customer bagi ekonomi dan keuangan syariah.
“Milenial adalah critical economy players yang mampu
mengakselerasi pertumbuhan pasar syariah. Faktanya adalah digitalisasi dan
produk halal saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup ,” katanya.
Potensi pertumbuhan pasar syariah juga makin luas
pasca terbitnya masterplan ekonomi keuangan syariah Indonesia 2019-2024 yang
dibuat oleh Komisi Nasional Keuangan Syariah yang membuat ekonomi keuangan syariah
terus eksis yang ditunjukkan dengan pertumbuhan aset industri keuangan syariah.
Maybank Syariah Indonesia |
Geliat Pertumbuhan Maybank Syariah di Indonesia
Peluang untuk memacu pertumbuhan pasar syariah melalui
transformasi digital ini pula yang sudah dilakukan Maybank Syariah. Sebagai
unit usaha syariah (UUS) Maybank Indonesia, Maybank Syariah bersinergi secara
langsung dan memanfaatkan platform digital Maybank Indonesia agar lebih efisien.
Hasilnya, total aset Maybank Syariah saat ini yang
mencapai Rp40 triliun menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia.
Selain itu, laba bersih Maybank Syariah ini juga
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total laba Maybank Indonesia
kuartal I-2023 dengan kontribusi hingga 31 persen.
“Laba sebelum pajak (PBT) Maybank Syariah senilai
Rp236 miliar berkontribusi 31 persen dari total laba Maybank Indonesia di
kuartal I-2023 ini. Sedangkan total aset Maybank Syariah Rp39,61 triliun di
kuartal I-2023 telah memberikan kontribusi hingga 26 persen untuk total aset Maybank
Indonesia secara keseluruhan,” terang Presiden Direktur PT Bank Maybank
Indonesia, Taswin Zakaria dalam Public Expose Maybank di Sentral Senayan
(23/5/2023) lalu.
Peningkatan ini, lanjut Taswin lagi, menjadi komitmen
Maybank Syariah untuk terus mengedepankan usaha maupun layanan berbasis
syariah.
Strategi Shariah First dan Leverage Model Berbasis Digital yang Efisien ala Maybank Syariah
Pertumbuhan Maybank Syariah yang signifikan ini tidak
terlepas dari strategi yang selama ini konsisten diterapkan Maybank Syariah,
yakni Shariah First yang disandingkan dengan Leverage Model yang mencakup
digitalisasi produk dan layanan Maybank Syariah yang memudahkan para nasabahnya
dalam melakukan transaksi.
Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria bahkan dalam
banyak kesempatan selalu optimis jika digitalisasi sangat mampu mengakselerasi
bisnis perbankan syariah yang masa depannya semakin cerah ditunjang dengan
strategi shariah first yang menjamin semua layanan Maybank Syariah halal.
Head of Shariah Banking Bank Maybank Indonesia, Romy
Buchari menyebut shariah first menjadi mindset yang dibangun bahwa Maybank
Indonesia akan selalu memberikan solusi keuangan syariah pada seluruh lini
bisnisnya.
Leverage Model melalui sinergi perbankan dengan memanfaatkan
seluruh infrastruktur Maybank Indonesia termasuk memanfaatkan platform digital
M2U dan M2E yang memberikan pelayanan dan fasilitas syariah efektif membuat
Maybank Syariah tumbuh pesat.
Dengan platform digital yang dimiliki Maybank ini
pulalah, pelayanan Maybank Syariah jadi lebih efisien karena tak harus membuka
kantor cabang maupun membangun mobile banking sendiri.
“Semua terintegrasi dalam platform M2U dan M2E. Semua
nasabah, baik personal maupun korporasi yang membutuhkan layanan syariah bisa
melakukannya dalam satu platform digital sehingga lebih efisien dan bisa lebih
cepat memacu pertumbuhan dengan platform digital,” jelas Romy Buchari.
Romy juga menegaskan bahwa layanan syariah di Maybank
Syariah itu universal, untuk semua nasabah, karena prinsip syariah seperti
keadilan dan transparansi adalah mutlak bagi nasabah,”perbankan syariah itu
inklusif untuk semua kalangan nasabah”.
Strategi yang disandingkan dengan digitalisasi itu
pulalah yang kemudian mengantarkan Maybank Syariah meraih banyak penghargaan,
seperti; Green Financial Sustainability oleh Badan Pengelola Keuangan Haji
(BPKH) tahun 2022.
Kemudian, masih ditahun yang sama pula, Maybank Syariah meraih predikat Sangat Baik di ajang Syariah Award ke-10 Infobank. Dalam 11th Digital Brand Awards 2022, Maybank Syariah juga meraih penghargaan sebagai Unit Usaha Syariah Bank Umum Konvensional Terbaik. (Abitya Akbarsyah)