Bandar Lampung (Forum) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung mencatat sepanjang periode bulan Maret-September tahun 2022, jumlah penduduk miskin di perkotaan mengalami peningkatan. Sebaliknya, jumlah penduduk miskin di perdesaan cenderung mengalami tren penurunan.
Dari data BPS Provinsi Lampung, jumlah penduduk miskin di perkotaan pada bulan Maret 2022 ada sebanyak 234,78 ribu orang.
Sedangkan, di bulan September 2022 berjumlah 239,11 ribu orang. Artinya, jumlah penduduk miskin di perkotaan meningkat sebanyak 4,3 ribu orang.
Sementara, pada periode yang sama, jumlah penduduk miskin di perdesaan mengalami penurunan sebanyak 11,2 ribu orang, di mana pada bulan Maret 2022 ada sebanyak 767,63 ribu jumlah penduduk miskin, sementara di bulan September mengalami penurunan menjadi 756,48 ribu orang.
Gita Yudianingsih dari BPS Lampung mengatakan, meski jumlah penduduk miskin meningkat di perkotaan dan penduduk miskin menurun di perdesaan, namun secara keseluruhan angka kemiskinan Lampung pada September 2022 mengalami penurunan dibandingkan Maret 2022, dari 11,57% menjadi 11,44%.
"Pada bulan September 2022, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Lampung mencapai 995,59 ribu jiwa (11,44 persen), turun sebesar 6,82 ribu jiwa dibandingkan dengan kondisi Maret 2022 yang sebesar 1.002,41 ribu orang (11,57 persen)," kata Gita Yudianingsih dalam rilisnya, pada Senin (16/1).
Dia menjelaskan, bahwa dari total jumlah penduduk miskin sebanyak 995,59 ribu jiwa itu, tingkat kemiskinan berdasarkan tempat tinggal masih didominasi di perdesaan di mana ada sebanyak 75,98 persen, sedangkan di perkotaan sebanyak 24,02 persen.
"Angka ini setara dengan 756,48 ribu jiwa di perdesaan dan 239,11ribu jiwa penduduk miskin di perkotaan," jelasnya.
Baca Juga: Sering Malak Sopir, Pria di Lampung Tengah Ditembak Polisi
Adapun faktor-faktor yang terkait dengan tingkat kemiskinan di Lampung diantaranya pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan konsumsi rumah tangga, laju inflasi umum, tingkat pengangguran terbuka.
Dia juga menjelaskan, jika pergeseran garis kemiskinan terjadi karena peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
"Pada September 2022, sumbangan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan 74,49 persen. Angka ini sedikit mengalami penurunan dibandingkan sumbangan pada periode Maret 2022 sebesar 74,85 persen," ujarnya.
Pergerakan garis kemiskinan juga disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditas makanan yang lebih tinggi. (FB-07)