Jakarta (Forum) - Harga minyak mentah turun tajam pada perdagangan Rabu (7/9), merosot di bawah level sebelum perang Rusia dan Ukraina karena kekhawatiran investor terhadap risiko resesi.
Dikutip dari Reuters, Kamis (8/9), minyak mentah berjangka Brent turun USD 4,83 menjadi USD 88 per barel, jatuh di bawah USD 90 per barel untuk yang pertama sejak 8 Februari.
Lalu, minyak West Texas Intermediate (WTI) AS turun 5,7 persen, menjadi USD 81,94 per barel, terendah sejak Januari.
Turunnya harga minyak mentah menjadi peluang bagi pemerintah untuk menurunkan harga BBM di dalam negeri. Salah satunya Pertamax yang pada Sabtu (3/9) naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.
Hal tersebut diamini Menteri BUMN Erick Thohir. Dia mengatakan apabila harga minyak dunia turun, maka Pertamina akan mengikuti mekanisme tersebut dengan menurunkan harga jual Pertamax kepada masyarakat.
"Banyak juga yang bicara, nanti kalau harga minyak dunia turun seperti apa, ya pasti kita turun, cuma yang mesti diingat apa yang dilakukan pemerintah hari ini, itu mengurangi subsidi," ujar Erick melalui keterangan tertulis usai meninjau Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC), Jakarta, Rabu (7/9).
Erick menjelaskan BBM seperti Pertalite, Solar, dan Pertamax masih dalam subsidi.
Ia menilai jika minyak mentah dunia yang saat ini sebesar USD 95 per barel turun menjadi USD 75 per barel maka akan diikuti dengan harga jual Pertamax kepada masyarakat.
"Kalau nanti harga minyak dunia turun, Pertamax kan harga pasar, jadi bisa saja turun, tapi apakah Solar dan Pertalite itu nanti harga pasar, tidak bisa karena itu subsidi," ucap Erick.
Erick menyampaikan penyesuaian harga Pertamax dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter merupakan upaya pemerintah dalam mengalihkan subsidi agar lebih tepat sasaran.
Ia merasa selama ini Pertamina tetap memberikan subsidi untuk Pertamax. Erick mengatakan harga Pertamax sejatinya masih berada di bawah harga keekonomian dan harga yang ditawarkan kompetitor.
"Karena yang selalu diingatkan, yang kita, pemerintah lakukan hari ini bukan kenaikan harga, tapi pengurangan subsidi," katanya. (dbs)