foto: freepik |
Japfa terus berkomitmen untuk mewujudkan generasi Indonesia bebas stunting melalui pilar investasi sosial bertajuk Japfa for Kids dan Posyandu Sehat Berdaya, untuk berkembang menuju kesejahteraan bersama
Kasus kekurangan gizi termasuk stunting di Indonesia memiliki riwayat yang sama panjangnya dengan sejarah perjuangan bangsa ini dalam melawan penjajah.
Di masa penjajahan Belanda maupun Jepang, rakyat Indonesia utamanya anak-anak, mengalami krisis asupan gizi yang sangat parah akibat para penjajah yang menguasai semua sumber daya yang dimiliki Indonesia.
Di tahun 1952, buruknya gizi anak Indonesia ini pun telah pula mendapat perhatian serius dari Presiden Soekarno yang kemudian membentuk Lembaga Makanan Rakyat (LMR) yang dipimpin oleh Poorwo Soedarmo.
Bapak Gizi Indonesia itu kemudian mencetuskan slogan yang sampai saat ini masih begitu dikenal, yakni; empat sehat lima sempurna.
Dan, sampai hari ini permasalahan gizi di Indonesia masih terus menjadi masalah serius yang membutuhkan perhatian dan penanganan ekstra agar generasi penerus bangsa mampu bersaing di tingkat global.
Melalui berbagai program dan strategi hingga intervensi spesifik yang dilakukan pemerintah, angka prevalensi stunting memang terus menunjukkan tren penurunan dari tahun ke tahun, ini dilakukan untuk mengejar target angka prevalensi stunting hingga menjadi 14 persen di tahun 2024.
Upaya ini, bukan hanya sekedar untuk membenahi kualitas gizi anak Indonesia tapi juga untuk menekan angka kerugian ekonomi akibat stunting yang mencapai hingga Rp. 300 triliun tiap tahunnya.
“Hasil kajian Bank Dunia menunjukkan kerugian ekonomi akibat kekurangan gizi dan stunting hingga sebesar 2 sampai 3 persen dari total PDB. Di Indonesia, kerugian akibat stunting bahkan lebih dari Rp300 triliun setiap tahunnya," terang Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin dalam rapat virtual strategi nasional pencegahan stunting pada bulan Maret 2022 lalu.
Karenanya, dalam kunjungan kerja ke berbagai daerah, Presiden Joko Widodo bahkan selalu menghimbau gubernur hingga perangkat pemerintah di tingkat desa untuk mulai melakukan intervensi sejak dari calon pengantin.
"Stunting itu bukan hanya urusan gizi anak, tapi harus dimulai bahkan dari calon pengantin yang memang sudah harus disiapkan, sebelum menikah dan sebelum hamil," kata Presiden Jokowi di Kabupaten Timor Tengah Selatan Nusa Tenggara Timur (NTT), Maret 2022 lalu.
Baca Juga: Kunjungi Pasar Pasir Gintung, Jokowi Bagikan Bantuan
foto: dok. BKKBN |
Stunting di Indonesia
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan tahun 2013 angka stunting di Indonesia mencapai 37,2%. Kemudian, di tahun 2018 angka prevalensi stunting menurun hingga menjadi 30,8%.
Selanjutnya, berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia tahun 2019, angka prevalensi stunting turun menjadi 27,67%. Dua tahun kemudian, prevalensi stunting turun menjadi 24,4%.
Secara umum, dari tahun ke tahun angka prevalensi stunting di Indonesia memang menunjukkan tren yang positif.
Hanya saja, menurut Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, upaya intervensi spesifik terhadap pencegahan stunting harus tetap dilakukan, dan tak semata mengandalkan pemerintah melainkan semua pihak harus berpartisipasi aktif dalam mencegah stunting.
“Pemerintah tak bisa bekerja sendiri dalam mencegah stunting. Perlu kerja sinergis lintas sektoral antara pemerintah, masyarakat dan pihak swasta, sehingga Indonesia bisa terbebas dari stunting,” kata Hasto Wardoyo dalam kunjungannya ke Lampung, September 2020 lalu.
Komitmen Japfa dalam Membantu Pemerintah Mencegah Stunting
Japfa for Kids. foto: Dok. Japfa |
Sebagai produsen protein hewani terbesar di Indonesia, Japfa tak hanya berkomitmen untuk memberikan jaminan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Tapi juga, turut serta dan konsisten membantu pemerintah dalam mencegah stunting.
Banyak program melalui pilar investasi sosial yang telah dilakukan oleh Japfa yang masih terus berlangsung hingga saat ini, seperti Japfa for Kids yang menjadi ‘rumah besar’ bagi Japfa dalam membantu mencegah stunting maupun peningkatan kualitas gizi anak Indonesia.
Dalam Japfa for Kids terdapat berbagai aksi spesifik seperti Posyandu Sehat dan Berdaya, kampanye melalui duta anak sehat hingga pemberian bantuan secara rutin yang terkait erat dengan upaya-upaya pencegahan stunting.
Melalui prinsip nilai yang terus dipegang teguh oleh Japfa untuk berkembang menuju kesejahteraan bersama, Japfa berkomitmen untuk berada di garis terdepan bersama pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat dalam melakukan pencegahan stunting.
Direktur Corporate Affairs Japfa, Rachmat Indrajaya mengungkapkan selain memastikan untuk memberikan jaminan ketersediaan produk protein hewani yang aman dan berkualitas, Japfa juga ingin memastikan jika produknya bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Karena, lanjut Rachmat Indrajaya, pemenuhan asupan protein hewani menjadi hal penting dalam pencegahan stunting.
Pentingnya asupan protein hewani yang memiliki kandungan asam amino ini pulalah yang menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Damayanti Rusli Sjarif sangat efektif mencegah stunting.
Hal senada juga diungkapkan oleh guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Sandra Fikawati bahwa protein hewani dibutuhkan tak hanya ketika anak sedang dalam masa pertumbuhan saja, tapi juga harus tercukupi di 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) sejak dari ibu hami sampai anak berusia dua tahun.
“Asam amino esensial itu penting sebagai zat pembangun tubuh manusia, dan itu ada pada protein hewani,” ujarnya.
Visi Pencegahan Stunting Japfa melalui Program Japfa for Kids
Japfa for Kids merupakan salah satu program unggulan dalam pilar investasi sosial Japfa yang concern terhadap peningkatan kualitas gizi anak sekaligus kesejahteraan anak-anak pedesaan di Indonesia yang sesuai dengan nilai perusahaan untuk berkembang menuju kesejahteraan bersama melalui berbagai aksi yang lebih tepat sasaran.
Japfa for Kids yang telah dilakukan sejak tahun 2008 ini berhasil menjalankan misi kampanye kesehatan maupun program pendampingan yang diadaptasi sesuai karakteristik daerah masing-masing di sebanyak 630 sekolah dasar yang ada di 21 provinsi.
Sasaran program ini memang lebih menitikberatkan pada pemberdayaan anak-anak yang ada di desa khususnya di wilayah yang masih minim akses kesehatan yang berfokus pada edukasi gizi seimbang.
Dalam penerapan program Japfa for Kids yang menarget sedikitnya 1.200 anak di tiap kabupaten, Japfa menggunakan pendekatan yang terarah dan sistematis melalui empat pendekatan, yakni; Mendidik, Memberdayakan, Memampukan serta melakukan evaluasi dan capaian terhadap perubahan perilaku kesehatan gizi secara berkelanjutan.
Posyandu Sehat dan Berdaya. foto: Dok. Japfa |
Pengembangan Kualitas Posyandu sebagai Ujung Tombak Pencegahan Stunting
Dalam program Japfa for Kids, Japfa juga mengembangkan programnya melalui pengembangan kualitas posyandu yang bertajuk; Posyandu Sehat dan Berdaya.
Hal ini dilakukan karena Japfa melihat peran penting posyandu sebagai ujung tombak yang paling efektif dalam melakukan pencegahan stunting.
Fokus pengembangannya dilakukan melalui peningkatan kapasitas kader posyandu, orang tua dan seluruh lapisan masyarakat untuk bersama membangun dan memperbaiki kualitas gizi anak-anak Indonesia menjadi lebih baik.
Sampai dengan saat ini, Posyandu Sehat dan Berdaya sudah berhasil diterapkan dan melakukan pendampingan di 32 posyandu yang ada di 6 kabupaten yakni; Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Malang, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Cirebon, Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Enrekang.
Hasilnya, posyandu-posyandu ini mampu menciptakan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat serta membangun pemahaman bersama tentang upaya pencegahan stunting dengan memberdayakan kaum ibu maupun komunitas-komunitas seperti Komunitas Ibu Cerdas Cegah Stunting (KICCS) secara efektif.
“Japfa akan terus menjalankan komitmennya untuk mendorong kualitas kesehatan masyarakat khususnya anak-anak termasuk bersinergi dengan semua pihak melalui kolaborasi program, untuk maju dan mencapai kesejahteraan bersama demi generasi penerus bangsa yang unggul,” kata Head of Social Investment Japfa, Retno Artsanti.
Melalui berbagai upaya maupun program yang dilakukan secara sinergis oleh pemerintah, Japfa dan dukungan seluruh lapisan masyarakat, pencegahan stunting di Indonesia termasuk upaya menurunkan angka prevalensi stunting hingga menjadi 14 persen di tahun 2024 akan lebih mudah dicapai untuk terwujudnya generasi emas Indonesia yang unggul dan berdaya saing. (Abitya Akbarsyah)