Rini Murtini menebar kebajikan dengan memberdayakan ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ekonomi sehingga mampu memberi penghasilan tambahan, sembari terus mengajarkan pentingnya lingkungan yang bersih dan bebas dari sampah untuk kehidupan di masa datang yang lebih baik.
Lima ibu yang sudah berusia lanjut itu tampak lincah membuat
berbagai kerajinan tangan dari bahan daur ulang, sesekali pula derai tawa kerap
terdengar di teras rumah yang asri dengan pepohonan di Jalan Selat Malaka,
Kelurahan Panjang Selatan, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung.
Sementara Rini Murtini terlihat melatih beberapa mahasiswa
sebuah universitas yang khusus datang kerumahnya untuk belajar mengolah limbah
rumah tangga.
Tak ada gurat lelah di wajahnya, meski sudah berusia lanjut
dan selalu beraktivitas sejak setelah shalat Subuh setiap harinya, untuk
mengolah sampah-sampah organik menjadi pupuk dan merangkai sampah-sampah kemasan
menjadi berbagai kerajinan tangan setiap harinya bersama ibu-ibu rumah tangga
lainnya.
“Sekecil apapun ilmu yang kita miliki, selagi memiliki
manfaat untuk orang lain, wajib hukumnya untuk kita ajarkan dan sampaikan
kepada orang lain, karena inilah amal yang menjadi bekal kita di akhirat
nanti,” tutur Rini Murtini bersahaja.
Perkenalan Rini Murtini dengan Pengolahan Sampah
Rini Murtini lahir dan besar di daerah Panjang. Sebuah
kawasan pesisir di sudut Kota Bandar Lampung yang kerap menjadi daerah langganan
banjir paling parah dibandingkan daerah lain di Kota Bandar Lampung.
Tiap kali banjir, bukan hanya air dan lumpur saja yang harus
dihadapi warga di daerah Panjang, tapi juga gunungan sampah yang berasal dari
limbah industri hingga rumah tangga.
Kecenderungan masyarakat pesisir yang kerap menjadikan laut
sebagai ‘kotak sampah ‘ kian kompleks mana kala kebiasaan membuang sampah
sembarangan itu juga dilakukan di badan sungai Way Lunik yang akhirnya membuat
pendangkalan dan penyempitan badan sungai.
Sebagaimana masyarakat yang tinggal di Kecamatan Panjang
lainnya, Rini pun hanya bisa pasrah terhadap keadaan itu. Pengetahuannya yang
terbatas membuatnya seolah tidak berdaya.
Sampai kemudian di tahun 2009, secara kebetulan LSM Mitra
Bentala, yang peduli terhadap lingkungan masyarakat pesisir melakukan
sosialisasi tentang pentingnya menjaga lingkungan dan metode penanganan sampah
kepada masyarakat di sekitar kawasan pesisir.
Dari sosialisasi itu, Rini seperti tersadar dari
kepasrahannya selama ini. Ia merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu untuk
lingkungannya.
Sejak itu, ia mulai mempelajari tentang bagaimana
pengelolaan sampah yang baik hingga menjadikan sampah sebagai sesuatu yang
bernilai ekonomis.
Ia bahkan rela menempuh jarak yang jauh dari rumahnya menuju
sekretariat LSM Mitra Bentala hanya untuk mendalami pengetahuannya tentang
pengelolaan sampah.
“Saya bukan hanya harus berbuat untuk lingkungan saya, tapi
juga melihat peluang ekonomi dari sampah-sampah yang selama ini menjadi masalah
bisa bermanfaat buat ibu rumah tangga seperti saya,” kenang Rini.
Berbulan-bulan lamanya ia belajar termasuk mempraktekkan
pengelolaan sampah secara mandiri di rumah.
Meski kerap gagal dan menemukan berbagai kendala, namun Rini
tak pernah patah semangat. Ia terus belajar terlebih upayanya itu mendapat
dukungan langsung dari keluarga.
Di awal-awal, Rini mengolah sampah organik yang berasal dari
rumahnya sendiri, dengan menjadikannya pupuk
melalui metode pengolahan yang amat sederhana yakni memanfaatkan bahan
alami seperti air bekas mencuci beras (air tajin), ragi dan terasi yang
berfungsi untuk proses pembusukan sekaligus membuat mikro organisme lokal untuk
pupuk organik.
“Waktu itu tetangga sempat melihat apa yang saya lakukan
sebagai sesuatu yang terasa aneh. Tiap hari ngubek-ubek
kotak sampah cuma buat misahin
sampah. Malah ada tetangga yang bilang saya seperti pemulung. Tapi, saya yakin
suatu saat apa yang saya lakukan ini bisa bermanfaat tak hanya untuk saya, tapi
juga buat masyarakat termasuk untuk lingkungan,” tutur Rini.
Mulai Memberikan Penghasilan
Hampir setahun Rini Murtini berkutat dalam pengolahan sampah
organik dan anorganik. Jerihnya itu membuahkan hasil mana kala banyak pedagang
bunga mulai melirik pupuk organik buatannya. Setiap hari, setidaknya ia bisa
menjual hingga 10 karung kecil pupuk organik buatannya sendiri.
Sejak itu, ia bahkan rutin menyuplai kebutuhan pupuk organik
untuk para pedagang bunga yang ada di Kota Bandar Lampung.
Tak hanya itu saja, untuk sampah anorganik berupa plastik bekas
kemasan, ia olah menjadi suatu kerajinan tangan yang menarik mulai dari tempat
tisu, kantong belanjaan dan berbagai kerajinan tangan lain yang sepenuhnya memanfaatkan
bahan daur ulang.
Untuk hasil olahan berupa kerajinan ini, Rini Murtini kerap
mempromosikannya melalui bantuan pemerintah daerah setempat termasuk melalui
bantuan dari LSM Mitra Bentala hingga perlahan mulai banyak dikenal dan memberi
penghasilan.
Membagi Manfaat Sampah kepada Warga
Karena sudah mulai merasakan manfaat dari pengelolaan sampah
itu pulalah, Rini Murtini kemudian membagi ilmunya kepada ibu-ibu rumah tangga
yang ada di sekitarnya.
“Sambil membagi ilmu, saya juga ingin mengajak ibu-ibu untuk
lebih berdaya dan membantu mereka mencari penghasilan tambahan untuk pemenuhan
kebutuhan rumah mereka masing-masing, daripada hanya sekedar bergosip yang tak
bermanfaat lebih baik mencari penghasilan dengan mengolah sampah”.
Tapi, upayanya menebar kebajikan itu sempat tak mendapat
respon dari ibu-ibu dilingkungannya. Tak putus asa, Rini justru memanfaatkan anak-anak
yang ada dilingkungannya untuk membantu mengumpulkan sampah.
“Waktu itu memang sempat tidak mendapat sambutan dari
ibu-ibu disini. Akhirnya, saya ajak anak-anak disini untuk membantu saya
mengumpulkan sampah, dan tiap sampah yang mereka setor, saya ganti dengan uang
jajan,” ujarnya.
Hingga akhirnya, apa yang dilakukan Rini itu membuat warga
penasaran dan akhirnya tertarik untuk membantu Rini, meskipun di awal-awal
mereka hanya sekedar membantu Rini mengumpulkan sampah dan memperoleh bayaran
dari Rini.
Belakangan, ketertarikan itu menjadi rasa antusias, banyak
warga yang tak hanya sekedar mengumpulkan dan memisahkan sampah organik dan
anorganik untuk dijual kepada Rini tapi juga terjun langsung mengolah sampah
bersama Rini.
Sejak itu, hampir di setiap rumah warga terdapat dua kotak
sampah khusus yang dibagi berdasarkan jenisnya yakni; sampah organik dan
anorganik. Beberapa warga bahkan ada yang mengolah sendiri sampah-sampah dari
rumahnya untuk menjadi pupuk maupun barang kerajinan untuk kemudian dijual
kepada Rini sebagai pengepulnya.
Kian hari, kapasitas sampah yang ditampung pun kian besar
seiring dengan tingginya minat warga untuk mengolah sampah menjadi sesuatu yang
menghasilkan. Sementara, Rini terus menebar kebajikan dengan melatih kaum
perempuan di kampungnya dalam hal pengolahan sampah. Disisi lain, kondisi
kampungnya kian bersih, nyaris tak ada lagi warga yang membuang sampah ke laut
maupun ke sungai.
Setiap hari pula, ibu-ibu rumah tangga dikampungnya bisa
memperoleh tambahan penghasilan dengan menjadi pembuat berbagai kerajinan
tangan berbahan daur ulang di rumah Rini Murtini.
Selama dua tahun lebih, Rini berhasil mengubah pola pikir
masyarakat termasuk memberikan penghasilan kepada warga. Disisi lain,
lingkungan di sekitar Jalan Selat Malaka, Kelurahan Panjang Selatan pun kian
bersih, karena tak ada lagi warga yang membuang sampah sembarangan.
Memperoleh Penghargaan sebagai Pejuang Lingkungan
Keberhasilan Rini Murtini dalam menjaga lingkungan melalui
pengelolaan sampah ini pula yang membawanya memperoleh penghargaan sebagai perempuan
pejuang lingkungan pada tahun 2012 dari Pemerintah Kota Bandar Lampung.
Bahkan, berkat perjuangan Rini Murtini pula, kampungnya yang
semula kumuh juga ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagai
kampung hijau yang dijadikan sebagai kampung percontohan dalam keberhasilan
pengelolaan sampah.
Rini juga memperoleh bantuan berupa mesin pengolah sampah
dari Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk lebih memaksimalkan pengelolaan dan pengolahan
sampah.
Sampai hari ini, Rini terus menebar ilmunya kepada semua
orang. Ia bahkan kerap diminta menjadi pembicara bahkan hingga ke berbagai
kabupaten lain di Lampung untuk mengajarkan cara pengelolaan sampah hingga bisa
menjadi sumber penghasilan.
Tak sedikit pula, yang belajar langsung kepadanya di rumah,
mulai dari pelajar, mahasiswa hingga mahasiswa asing yang khusus menyambanginya
untuk belajar membuat berbagai kerajinan dari bahan daur ulang.
“Semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya kebersihan
dan keberlangsungan lingkungan maka akan semakin baik pula kualitas lingkungan
agar lebih layak huni,” kata Rini Murtini.