OTT terhadap Rektor Unila, Prof.Dr Karomani, M.Si seketika meruntuhkan marwah Universitas Lampung, tak terkecuali dengan mahasiswa maupun alumninya, apalagi masyarakat Lampung.
...
Dari tabung televisi, wajah Karomani terlihat kuyu.
Mengenakan rompi oranye, Karomani hanya terdiam dan tertunduk, ia tak menjawab
berbagai pertanyaan wartawan yang mengerubunginya di gedung KPK.
Sementara di Lampung, wajah sang rektor yang sedang
tersenyum dijadikan meme, namanya pun diplesetkan menjadi 'karomoney' oleh
banyak orang termasuk kalangan mahasiswa.
Tak ada lagi, kasak-kusuk mahasiswa yang menggunjing
kelakuan sang rektor yang selama ini amat mereka sakralkan.
Seorang aktivis mahasiswa Unila yang memiliki jejaring
organisasi mahasiswa di berbagai kampus di Indonesia bahkan sampai keluar dari
grup whatsapp karena malu.
"Saya sampai leave (keluar) dari grup organisasi
mahasiswa se-Indonesia, tingkah Pak Rektor bukan cuma bikin malu tapi
memalukan," akunya.
Jejak Sang Rektor
Padahal, ketika terpilih sebagai Rektor tahun 2020 lalu,
Karomani disebut-sebut bakal bisa membawa Unilai jauh lebih baik dibanding
sebelumnya. Hal ini karena melihat geliat karir sang rektor yang lumayan
moncer.
Dan terbukti, urutan peringkat Unila melonjak menjadi urutan
ke-29 universitas terbaik di Indonesia dari yang sebelumnya berada di urutan
ke-46.
Selain itu, dalam satu tahun kepemimpinan Karomani juga,
banyak capaian lain yang berhasil ia ditorehkannya, termasuk status akreditasi fakultas
kedokteran menjadi A.
Semua itu hanya sebagian kecil capaian yang berhasil
dilakukan Karomani. Ia juga dikenal concern terhadap pendidikan para santri
seperti menempatkan sejumlah santri di fakultas kedokteran melalui jalur
prestasi.
Soal urusan akhlak, Profesor Aom Karomani juga sebenarnya
punya jejaring organisasi yang terbilang baik, Karomani sampai saat ini masih
tercatat sebagai Wakil Ketua PW NU Lampung. Bahkan di lingkup Forum Rektor
Indonesia, Karomani menjabat sebagai Ketua Forum Rektor untuk Penguatan
Karakter Bangsa.
Baca Juga: Fantastis! Total Suap Kasus Karomani Capai Rp. 7,5 M
Karomani Ditangkap KPK di Bandung
Sampai kemudian, sinar Karomani meredup seiring Operasi
Tangkap Tangan (OTT) KPK pada Jumat malam (19/8) sekitar pukul 21.00 di
Bandung, Jawa Barat.
Bersamaan dengan itu, KPK juga bergerak ke sejumlah wilayah
selain Bandung, yakni di Lampung dan Bali untuk mengamankan setidaknya 8 orang.
Selain Karomani, ada pula Wakil Rektor I Bidang Akademik
Unila, Heryandi, Ketua Senat Unila Muhammad Basri, Kepala Biro Perencanaan dan
Hubungan Masyarakat Unila Budi Sutomo, Mualimin selaku dosen, Dekan Fakultas
Teknik Unila Helmy Fitriawan, Adi Triwibowo selaku ajudan KRM, dan pihak swasta
Andi Desfiandi yang diduga sebagai penyuap.
Direktur Penyidikan KPK, Asep Guntur Rahayu, mengatakan KPK
menindaklanjuti laporan masyarakat yang diterima terkait dengan dugaan korupsi
pada penerimaan mahasiswa di Unila pada 2022.
Saat Karomani cs ditangkap, KPK mengamankan barang bukti uang
tunai sebesar Rp414,5 juta, slip setoran deposito di salah satu bank sebesar
Rp800 juta, dan kunci "safe deposit box" yang diduga berisi emas
senilai Rp1,4 miliar.
Selain itu, ada pula barang bukti kartu ATM dan buku
tabungan sebesar Rp1,8 miliar yang diamankan KPK saat menangkap Karomani.
Karomani saat digelandang ke gedung KPK |
Membuat Malu Civitas Akademika hingga Masyarakat Lampung
Penangkapan ini kontan membuat civitas akademika Unila malu
bukan main, tak hanya itu saja penangkapan Karomani yang menjadi rekor sebagai
rektor pertama di Indonesia yang ditangkap KPK.
Bahkan, sejumlah alumni mengirimkan karangan bunga ‘khusus’
sebagai bentuk ucapan selamat atas ditangkapnya Karomani cs yang kemudian
ditertibkan oleh petugas keamanan Unila.
Salah seorang alumni Unila yang juga pejabat penting di
Lampung menilai tindakan Karomani tidak hanya mencoreng nama Unila tapi juga
merusak nama Lampung secara keseluruhan.
“Orang seperti itu pantas dihukum berat. Bagaimana mungkin
seorang profesor sekelas rektor berbuat korupsi, benar-benar tidak bisa
dipercaya dan memalukan sekali,” katanya.
Tetangga sejumlah tersangka, seperti Karomani, Heryandi
hingga Muhammad Basri bahkan menilai tindakan para tersangka pantas diberi
hukuman yang berat,”bila perlu dihukum seumur hidup, bikin malu saja”.
Baca Juga: Geledah Rumah Mewah Karomani, KPK Amankan Uang Rp. 2,5 M
Sudah Jadi Rahasia Umum
Banyak yang menyebut jika praktik suap penerimaan mahasiswa
baru di Unila khususnya untuk fakultas kedokteran memang sudah berlangsung
lama.
Hal ini menyusul, alih status perguruan tinggi negeri
menjadi badan hukum milik negara (BHMN) yang dituntut untuk mandiri secara
pembiayaan, namun belakangan justru dimanfaatkan oleh sebagian oknum untuk
mencari keuntungan melalui jalur mandiri penerimaan mahasiswa.
Ini pula yang diakui oleh akademisi FKIP Unila, M. Thoha B
Sampurna Jaya yang meminta Seleksi Mandiri Masuk Universitas Lampung (Simanila)
diperbaiki secara transparan dan terbuka.
"Hal yang perlu dipertimbangkan adalah sistem jalur
mandiri karena bisa menimbulkan tindakan yang sifatnya koruptif," kata Thoha
B Sampurna Jaya.
Jaringan Korupsi Melalui Orang Dekat
Namun, apa yang dilakukan Karomani ini terbilang rapih, aksinya
dilakukan melalui sejumlah orang dekatnya yang kemudian berhasil ditangkap oleh
KPK, mereka yakni; Wakil Rektor I Bidang Akademik Unila, Heryandi, Ketua Senat Unila
Muhammad Basri, Kepala Biro Perencanaan dan Hubungan Masyarakat Unila Budi
Sutomo, Mualimin.
Lucunya, Ketua Senat Unila Muhammad Basri bahkan belum sempat menduduki dan menikmati posisinya karena keburu ditangkap oleh KPK.
Akan halnya, Wakil Rektor I Bidang Akademik Unila, Heryandi yang
dikenal dekat dengan Karomani kerap berkumpul bersama ‘sejawatnya’ di villa mewahnya
yang ada di Desa Pajarbaru, Kecamatan Jatiagung dengan seringnya menggelar
acara khusus pejabat-pejabat teras Unila di villa yang sejuk itu.
Akan halnya keberadaan kroni ini sebenarnya pula sudah
diketahui di lingkungan Unila namun tak ada yang berani bersuara terlebih
dibelakang mereka ada sang Rektor Karomani.
Pundi-pundi Karomani
Berdasarkan penyelidikan KPK di dua rumah mewah milik
Karomani, petugas mengamankan total uang tunai sebanyak Rp. 7,5 miliar dalam
berbagai bentuk pecahan termasuk mata uang asing sebagai upaya mengaburkan
praktik korupsi yang ia lakukan.
Pelaksana Tugas (Plt) Juru Bicara Bidang Penindakan KPK, Ali
Fikri, mengatakan, jumlah tersebut sementara ditaksir dari saat operasi tangkap
tangan diumumkan yakni Rp4,4 miliar yang telah diubah bentuk menjadi emas
batangan, tabungan deposito,dan uang Rp603 juta yang dikumpulkan dari saksi
Mualimin. Untuk diketahui, Rp575 juta sudah dipakai secara pribadi oleh
Karomani.
Kemudian ditambah uang pecahan rupiah, euro, dan dolar
singapura yang disita KPK pada 24 Agustus 2022, dari kediaman pribadi Karomani
di Lampung yang nilainya mencapai Rp2,5 miliar.
"Ini kan mengindikasikan lebih dari satu orang, ia
(benar), secara logika dan konstruksi perkara, tidak mungkin dari satu orang,
kemudian satu orang kemarin ditetapkan tersangka (Andi Desfiandi) Rp150 juta,
sedangkan barang bukti (BB) yang kami tunjukkan sampai Rp5 miliar. Kalau hari
ini bertambah, jadi indikasinya Rp7,5 miliar," ujar Ali Fikri.
Dia juga memaparkan jumlah pemberi suap diduga mencapai 50
calon mahasiswa jika tarif yang dipatok Karomani dan kawan-kawan Rp150 juta per
orang, dan mencapai angka 20 orang jika Karomani mematok tarif Rp350 juta per
orang. Karenanya, jumlah uang dan aset yang diduga berasal dari hasil suap
tersebut, akan dikonfirmasi atau dikonfrontir para saksi yang segera
diagendakan.
Bahkan rumah mewah Karomani yang belum lama dibangun diduga
berasal dari berbagai praktik korupsi yang ia lakukan. Ada indikasi yang masih
di dalami oleh KPK jika praktik ini sebenarnya sudah dilakukan oleh Karomani
cs.
Rumah mewah Karomani saat digeledah KPK |
Dirjen Dikti Kemendikbud Ristek Dongkol atas Ulah Karomani
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nizam mengatakan Kementeriannya
telah memberikan otonomi dan kepercayaan pada perguruan tinggi untuk
pendaftaran mahasiswa melalui jalur mandiri.
Nizam menyayangkan hal itu justru malah diselewengkan oleh
oknum rektor. "Padahal para rektor sudah berjanji untuk menjaga mandat dan
amanah dengan baik," ujarnya.
Dia menyebut salah satu kunci untuk menekan kasus tersebut
adalah integritas. Para rektor diharapkan memiliki integritas kuat dalam
memimpin kampus.
Menurut dia, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim serta
jajarannya sempat shock dan sedih mendengar kasus suap di Unila.
"Saat kami sedang menggalakan zona integritas di
perguruan tinggi kok ada rektor terkena OTT," ujar Nizam yang dongkol atas
ulah Karomani.
Bagaimana Nasib Calon Mahasiswa yang Diduga Menyuap Karomani?
Sejauh ini belum ada keputusan pasti dari Unila terkait
nasib calon mahasiswa yang diduga telah menyuap Karomani cs, apalagi jumlahnya
tidak sedikit bahkan diperkirakan mencapai 50 orang mahasiswa.
Sementara, Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengatakan,
pihaknya berharap para mahasiswa Unila melalui praktik suap agar diberi sanksi
tegas. Sebab dari praktik tersebut, ada pihak yang merasa dirugikan.
"Kami harap ada sanksi yang benar-benar ditegakkan. Hal
itu juga untuk memberikan efek jera, dalam penerimaan mahasiswa baru pada
universitas negeri lainnya di Indonesia," kata Alexander Marwata.
Dari salah satu whatsapp group mahasiswa, wajah Karomani
yang tengah memakai atribut toga lengkap dengan seulas senyum dengan sebaris kutipan ‘piye, enak
jaman ku tho’ hanya dijadikan bahan satire oleh mereka. (tim)